Renungan

Kesesatan Untuk Diri

kesesatan.jpgSetiap kali muncul aliran sesat, stiap itu pula umat meradang. Demo digelar; teriakan menghujat dikumandangkan, dan yang agak membuat hati miris, kekerasan dihalalkan.

Tentu kita bisa menarik titik pemahaman atas reaksi-reaksi ini. Saat aliran al- Qiyadah al-islamiyah menghebohkan umat dengan syahadatnya yang berbeda, tidak mengakui Muhammmad SAW sebagai Rasul terakhir, tidak perlu shalat, puasa dan zakat, itulah tanda bahwa aliran ini sudah murtad dari akidah Islam dan secara hokum fkih halal darahnya. Lewat ukuran ini, serbuan ormas Islam ke tempat-tempat pengajian mereka dan aksi pengusiran-dan juga pemukula-atas jamaah mereka, bisa dikatakan “tak seberapa” disbanding kemungkinan pembunuhan atas konsekuensi halalnya darah mereka.

Tapi mengingat al-Qiyadah bukanlah satu-satunya aliran yang pernah muncul dan membuat kehebohan di Indonesia, kita dapat sampai pada kenyataan yang lebih menyedihkan. Kita pernahh diguncang oleh kemunculan aliran Ahmadiyah yang konon memiliki Al Quran sendiri dan menjadikan Mirza Ghulam Ahmad, pemimpin mereka, sebagai Rasul utusan Allah; kita juga pernah diguncang oleh kehadiran Lia Eden yang mengaku mendapat wahyu dari Jibril; shalat berbahasa Indonesia; shalat menghadap empat penjuru angina dan lain sebagainya. Tapi pertanyaannya, selain demo, kemarahan dan hujatan yang muncul adakah hal lain yang kita tuai?

Tampaknya kita harus menjawab: tidak ada. Seperti gelombang trend, setiap orang tiba-tiba menjadi sangat “Islam” dengan meradang dan tak terima dengan kehadiran aliran-aliran sesat itu, bersedia mati asalkan aliran-aliran itu hilang, tapi setelah itu semua kembali ke keadaan semula. Keadaan yang sama tanpa ada peningkatan keimanan apapun.

Kita masih orang Islam Indonesia yang permisif terhadap kemaksiatan, permisif atas perilaku korup yang ada pada diri kita. Departemen agama tetap tak kurang citranya sebagai departemen yang disarati praktek korupsi. Rakyat masih menderita karena pemimpin-pemimpin kita yang membaca dan meyakini syahadat yang benar tetap dekat dengan kezaliman. Bahkan, setelah kehebohan atas kesesatan itu, masjid-masjid kita tetap sepi…

Karenanya, saat ini, marah-marah bukanlah hal yang spesial setiap aliran sesat mncul di bumi pertiwi ini-sekalipun kita tetap berkewajiban menyadarkan saudara-saudara kita yang telah salah jalan. Segala hal datang dari Allah dan akan berpulang pada-Nya. Aliran-aliran sesat itu kiranya didatangkan Allah agar kita memeriksa kembali ke Islaman dan keimanan kita terhadap-Nya, sebab pada sisi inilah kita terguncang. Dengan kata lain, munculnya kesesatan itu adalah hikmah bagi diri kita. Adakah Islam, sebuah sirat, sudah kita jalani dengan sebaik-baiknya, adakah iman kita pada Dzat-Nya yang haq itu sudah kita wujudkan dengan beramal saleh dan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari?

“Ya Allah tetapkanlah diri kami dalam beriman pada-Mu, panjangkanlah umur kami dalam taat pada-Mu, dan jadikanlah kami orang-orang yang beristiqamah…”

Diambil dari Majalah Hidayah, Edisi 77, Desember 2007.

Semoga tulisan yang bagus ini bisa menjadi pelajaran.

Ditulis oleh Efri Aditia

=================================================


Alhamdulillah

Salah satu gizi spiritual dalam menghadapi kehidupan adalah bersahabat dengan “alhamdulillah” yang memiliki arti : “segala puji bagi Allah Swt”. Orang-orang yang alhamdulillah.jpgsering bersahabat dengan “gizi spiritual” ini, insyaAllah hidupnya akan lebih bahagia dibanding yang mereka duga.

Alhamdulillah ya Allah,

Engkau telah menitipkan kepadaku seorang suami, sebab banyak orang yang ingin bersuami namun belum menemukannya. Suami dengan segala keangkuhannya, menyebabkan hambamu ini mampu belajar sabar.

Alhamdulillah ya Allah,

Engkau telah menitipkan kepadaku seorang istri, sebab banyak orang yang ingin beristri namun belum menemukannya. Istri dengan segala kesulitannya untuk dididik, menyebabkan hambamu ini harus banyak belajar ilmu “Andragogy”, yaitu pendidikan untuk orang-orang dewasa.

Alhamdulillah ya Allah,

Engkau telah menitipkan kepadaku beberapa anak, sebab banyak orang yang ingin punya anak namun belum engkau izinkan dan juga banyak yang belum punya anak karena memang belum ketemu jodoh. Anak dengan segala kesulitannya untuk dinasehati, menyebabkan hambamu ini harus banyak menambah ilmu agar sesuai dengan perkembangan zaman anak-anak. Dengan kehadiran anak-anak, justru menyebabkan hambamu malu kalau mau bertengkar dengan istri/suami.

Alhamdulillah ya Allah,

Engkau menitipkan kepadaku seorang atasan pemarah dan sering mengungkit-ngungkit berbagai masalah, sebab banyak orang yang tidak punya atasan, bukan karena dirinya atasan tapi karena dirinya menganggur. Dengan atasan pemarah hambamu berkesempatan untuk mendoakan semoga beliau segera sadar bahwa kemarahan akan menghancurkan siklus kehidupan dirinya sendiri.

Alhamdulillah ya Allah,

Engkau menitipkan kepadaku banyak karyawan, yang sebagiannya suka demo minta tuntutan gaji dan tunjangan kesejahteraan lainnya, sebab banyak orang tidak punya karyawan karena sudah lima tahun belakangan ini perusahaannya gulung tikar dan bahkan tikarnyapun sampai tidak ada yang bisa digulung. Dengan punya karyawan, semoga hambamu bisa menjadi salah satu jalan rizki bagi mereka dengan seizin Engkau ya Allah.

Alhamdulillah ya Allah,

Engkau telah menitipkan orang-orang disekelilingku sebagian ada yang menyakiti, walaupun hamba-Mu ini telah berusaha untuk berbuat baik kepada siapapun sekuat kemampuan. Sebab banyak orang yang tidak pernah disakiti orang lain karena dalam hidupnya tidak pernah bergaul dengan masyarakat banyak. Semoga dengan disakiti dan hambamu tetap ingin berbuat baik dengan yang menyakiti menyebabkan Engkau akan mengabulkan doa-doa orang yang terdhzolimi ini.

Alhamdulillah ya Allah,

Engkau memberi kesempatan kepadaku, kuliah tidak sesuai dengan jurusan pilihan pertama, sebab banyak orang yang tidak pernah menikmati jurusan kuliah karena kekurangan dana untuk memenuhi keinginannya kuliah. Dengan kuliah tidak sesuai jurusan, semoga akan punya lebih dari satu keahlian, keahlian pertama adalah jurusan ketika kuliah dan keahlian lainnya adalah mempelajari sendiri banyak hal yang dulu dicita-citakan.

Sahabat,

Banyak hal didunia ini yang bisa kita syukuri dengan mengucapkan “Alhamdulillah”, dan dengan sering mengucapkan “Alhamdulillah”, milyaran peluang prestasi akan mengejar-ngejar kita. Banyak hal di dunia ini yang jika kita tidak siap mensyukurinya dengan ucapan “Alhamdulillah” apalagi sering terasa berat dan bahkan enggan mengucapkan Hamdalah, maka milyaran peluang prestasi akan lari meninggalkan kita

=================================================

Kisah Sesendok Madu

M. Quraish Shihab

madu.jpgAlkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warga kotanya. Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit di tengah kota. Seluruh warga kota memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.

Tetapi, dalam pikiran seorang warga kota, Fulan; terlintas cara untuk mengelak perintah tersebut. “Aku akan membawa sesendok penuh, tapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain. Sesendok air tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota.”

Tibalah waktu yang ditetapkan. Apa kemudian yang terjadi ?. Bejana itu ternyata seluruhnya berisi penuh dengan air!. Rupanya seluruh warga kota berpikiran sama dengan si Fulan. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggung jawab.

Kisah simbolik ini sering terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat. Idealnya memang bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian melibatkan pengikut-pengikutnya.

Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allah disertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS Yuusuf; 12:108)

Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin (pengikut-pengikutmu) (QS An Nisaa’; 4:84)

Perhatikanlah kata-kata : “tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri”. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu”. Setiap orang menurut Beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Berarti setiap orang harus harus tampil terlebih dulu. Sikap mental yang seperti ini akan menyebabkan bejana sang raja akan penuh dengan madu, bukan air, apalagi racun.

Tinggalkan komentar